Thursday 2 June 2016

MASUK SURGA BERMODAL CINTA

MASUK SURGA BERMODAL CINTA

Diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA, seorang laki-laki bertanya pada Nabi salallahu ‘alaihi wasalam perihal hari kiamat, “Kapankah datangnya hari kiamat?” Nabi balik bertanya. “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Laki-laki tersebut menjawab, “Belum ada, selain (modal) kecintaanku kepada Allah dan Rasul-Nya.” Nabi salallahu ‘alaihi wasalam bersabdah, Engkau bersama yang kau cintai.” (HR. Bukhari)

i Love Muhammad SAW . Diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA, seorang laki-laki bertanya pada Nabi salallahu ‘alaihi wasalam perihal hari kiamat, “Kapankah datangnya hari kiamat?” Nabi balik bertanya. “Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?” Laki-laki tersebut menjawab, “Belum ada, selain (modal) kecintaanku kepada Allah dan Rasul-Nya.” Nabi salallahu ‘alaihi wasalam bersabdah, “Engkau bersama yang kau cintai.” (HR. Bukhari)


BERMULA DARI CINTA, BERAKHIR DI SURGA ATAU NERAKA

Sahabatku, berita ini menjadi penyejuk hati bagi orang mukmin yang tepat dalam menambatkan cintanya. Namun sekaligus juga tamparan keras dan ancaman bagi orang-orang yang keliru dalam mengalamatkan cinta.
Bagi insan mulia semisal Anas bin Malik ini sungguh berita yang sangat mengembirakan, hingga beliau berkata “Tiada yang mengembirakan hati kami daripada hadist Rasulullah, “Seseorang bersama yang dia cintai.” Beliau juga mengatakan, “Aku mencintai Nabi salallahu ‘alaihi wasalam, Abu Bakar dan Umar. Aku berharap dapat berkumpul bersama mereka dengan bekal kecintaanku kepada mereka, kendati aku belum bisa beramal sebagaimana mereka beramal.”
Dengan modal cinta dapat membawa seseorang kedalam surga bahkan bisa berkumpul dengan orang yang dicintainya itu. Dan sebaliknya cinta pula dapat menyebabkan seseorang tersungkur ke dalam neraka. Tergantung kepada apa atau siapa ia memberikan cinta dan bagaiman mengekspresikan cintanya.
Hadist tersebut sekaligus menjadi tamparan keras bagi mereka yang mencintai, membanggakan, menyanjung ataupun mengidolakan manusia dengan tipe magdhubun ‘alaih (orang-orang yang dimurkai Allah), dan dhallun (orang-orang sesat), atau mencintai orang-orang yang memilki karakter atau prilaku calon penghuni neraka. Karena kecintaan itu akan menenpatkan antara yang mencintai dan dicintai di tempat yang sama.
Hanya saja kebersamaan tersebut bukan lagi untuk saling mencintai dan menyanjung. Tapi sebagai musuh satu sama lain
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang bertakwa.” (QS. Az Zukhruf: 67)
Jika di dunia ini mereka mengidolakan, menyanjung dan pengekor para pengumbar syahwat dan dosa, maka kebersamaan di akhirat kelak bukan lagi antara pencinta dan yang dicintai, bukan saling memuji satu sama lain. Bahkan orang-rang yang membeo itu akan mengumpat dan menuntut agar orang-orang yang ditiru itu disiksa dua kali lipat dari dirinya,
“Dan mereka berkata, “Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami,  lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Rabb kami, timpakahkanlah kepada mereka adzab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar.” (QS. Al Ahzab: 67-68)

CINTA ITU MEMILIKI TANDA

Orang yang mencintai pastilah berusaha mendapatkan perhatian kekasihnya, pastilah ia akan menuruti kehendak kekasihnya, berusaha memperoleh ridhanya, dan takut mengecewakan dan membuat marah kekasihnya. Adapun orang orang yang beriman, ‘asyaddu hubban lillah, amat sangat cintanya kepada Allah. Maka ia memprioritaskan keridhaan Allah diatas keridhaan siapapun, dan tidak ada yang ditakuti selain jauhnya antara dirinya dengan Allah dan datangnya murka Allah atasnya.
Seseorang yang mengaku mencintai Allah, maka bentuk kecintaannya direalisasikan dengan memperbanyak ibadah. Sedangkan amalan yang di terima Allah adalah amalan yang mengikutu apa-apa yang diajarkan Rasulullah. Begitupula orang yang mengaku mencintai Rasulullah juga memiliki tanda. Tanda yang menunjukan bahwa kita cinta kepada beliau diwujudkan dengan semangat berpegang teguh dan menghidupkan Sunnah. Yakni mengamalkan sunnahnya, melaksanakan perintah dan menjauhi larangannya, mendahulukan itu semua dari hawa nafsunya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. [QS. Ali Imran : 31].

“...Dan barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka ia telah mencintaiku. Dan barangsiapa yang telah mencintaiku, maka aku bersamanya di Surga(HR. Tirmidzi)

“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai lebih daripada Allah dan RasulNya dan (dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. (QS. At Taubah : 24)

Adapun yang diungkapkan Anas bin Malik menunjukkan, bahwa mencintai orang-orang shaleh yang taat kepada Allah adalah sebab dimasukkanya seseorang kedalam jannah. Oleh sebab itu, dari sekarang kita tetapkan siapa orang yang seharusnya kita cintai, sehingga di akhirat kelak Allah akan mempertemukan kita dengan orang tersebut.

Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat, silahkan bagikan artikel ini. Semoga bisa menjadi amal jariyah. Barakallah fikum.

0 komentar:

Post a Comment